Minggu, 16 Maret 2014

referensi mata kulia keperawatan komunitas


STRATIFIKASI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Puskesmas adalah Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan. Stratifikasi adalah pelapisan atau penjenjangan.
Kualitas suatu pelayanan kesehatan dapat dilihat melalui stratifikasi yang dilakukan di tempat pelayanan kesehatan baik di tingkat Dati II, Dati I dan tingkat Pusat. Hal ini penting dilakukan untuk mengevaluasi dan menilai kegiatan yang telah dilakukan puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami definisi Stratifikasi Puskesmas.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tujuan diadakannya Stratifikasi Puskesmas.
3. Mahasiswa mampu mengetahui pengelompokan Stratifikasi Puskesmas.
4. Mahasiswa mampu memahami tentang ruang lingkup Stratifikasi Puskesmas.
5. Mahasiswa mengetahui tentang area pembinaan Stratifikasi Puskesmas.
6. Mahasiswa mengetahui pelaksanaan Stratifikasi Puskesmas.
7. Mahasiswa mengetahui tahap-tahap Stratifikasi Puskesmas.
8. Mahasiswa mengetahui manfaat dilakukannya Stratifikasi Puskesmas.

C. Manfaat
1. Agar mahasiswa mampu memahami definisi Stratifikasi Puskesmas.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tujuan diadakannya Stratifikasi Puskesmas.
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengelompokan Stratifikasi Puskesmas.
4. Agar mahasiswa mampu memahami tentang ruang lingkup Stratifikasi Puskesmas.
5. Agar mahasiswa mengetahui tentang area pembinaan Stratifikasi Puskesmas.
6. Agar mahasiswa mengetahui pelaksanaan Stratifikasi Puskesmas.
7. Agar mahasiswa mengetahui tahap-tahap Stratifikasi Puskesmas.
8. Agar mahasiswa mengetahui manfaat dilakukannya Stratifikasi Puskesmas.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi kerja puskesmas, dalam rangka perkembangan fungsi puskesmas sehingga dalam rangka fungsi puskesmas dapat dilaksanakan lebih terarah.
Hal ini diharapkan dapat menimbulkan gairah kerja, rasa tanggung jawab dan kreatifitas kerja yang dinamis melalui pengembangan falsafah mawas diri.

B. Tujuan
1. Umum
Mendapatkan gambaran tentang tingkat pengembangan fungsi puskesmas secara berkala dalam rangka pembinaan dan pengembanganya.
2. Khusus
a. Mendapatkan gambaran secara menyeluruh perkembangan puskesmas dalam rangka mawas diri
b. Mendapatkan masukan untuk perencanaan puskesmas dalam waktu mendatang
c. Mendapatkan informasi tentang masalah dan hambatan pelaksanaan puskesmas sebagai masukan untuk pembinaan lebih lanjut

C. Pengelompokan Puskesmas
Pengelompokan Strata dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Strata I Puskesmas dengan Prestasi kerja Baik (warna hijau)
2. Strata II Puskesmas dengan Prestasi kerja Cukup (warna kuning)
3. Strata III Puskesmas dengan Prestasi kerja Kurang(warna merah)

Sasaran dari stratifikasi puskesmas adalah :
1. Puskesmas tingkat kecamatan
2. Puskesmas tingkat ke;urahan ( puskesmas pembantu )
3. Unit-unit kesehatan lain
4. Pembinaan peran serta masyarakat

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup stratifikasi puskesmas dikelompokan dalam empat aspek yaitu:
1. Hasil kegiatan puskesmas dalam bentuk cakupan dari masing-masing kegiatan
2. Hasil dan cara pelaksanaan manajemen puskesmas
3. Sumber daya yang tersedia di puskesmas
4. Keadaan lingkungan yg mempengaruhi hasil kegiatan puskesmas

Dalam jangka panjang, pola pembinaan melalui stratifikasi puskesmas akan terus ditingkatkan ruang lingkupnya sehingga meliputi seluruh kegiatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas dalam wilayah kejanya termasuk kegiatan adalah rangka membina usaha kesehatan swasta.

E. Area Pembinaan
Berdasarkan hasil pelaksanaan hasil stratifikasi puskesmas ada 3 area yang perlu di bina, yaitu :
1. Sebagai wadah pemberi pelayanan.
Pembinaan ini diarahkan terhadap fasilitas fisik, pelaksanann manajemen dan kemampuan tenaga kerja.
2. Pelaksanaan program-program sektor kesehatan maupun lintas sektoral yang secara langsung maupun tidak langung menjadi tanggung jawab puskesmas dalam pelaksanaan maupun sarana penunjang.
3. Peran serta masyarakat untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan produktif.
Pembinaan kemampuan puskesmas dalam membina peran serta masyarakat di bidang kesehatan perlu ditingkatkan.

F. Pelaksanaan Stratifikasi
1. Mencakup seluruh aspek puskesmas meliputi puskesmas pembantu, puskesmas keliling, hasil pembinaan peran serta masyarakat misal posyandu.
2. Kegiatan stratifikasi mencakup:
a. pengumpulan data
b. pengolahan data
c. analisa masalah dan penentuan langkah penanggulangan.
3. Melaksanakan setahun sekali secara menyeluruh dan serentak di semua puskesmas dan bertahap sesuai dengan jenjang administrasi sampai ke pusat.
a. Di tingkat Puskesmas
Dilaksanakan sendiri oleh masing-masing puskesmas dan merupakan kegiatan mengukur kemampuan penampilan puskesmas dalam rangka mawas diri. Dengan tujuan agar kepala puskesmas dan staf mengetahui kelemahan dan masalah yang dihadapi untuk berusaha memperbaikinya.
b. Di tingkat Dinas Kesehatan Dati II / Kandep
Menghimpun laporan hasil stratifikasi puskesmas untuk diolah dan di analisa sehingga mendapatkan gambaran keadaan dan fungsi masing-masing puskesmas dalam wilayahnya dalam rangka pembinaan dan pengembangannya.
c. Di tingkat Dinas Kesehatan Dati I / Kanwil / Pusat
Menghimpun laporan hasil stratifikasi dari masing-masing dinas kesehatan dati II untuk diolah dan dianalisa sehingga mendapatkan gambaran tingkat perkembangan fungsi puskesmas di wilayah masing-masing kabupaten kodya (propinsi) dalam rangka pembinaan dan pengembangannya tahun yang akan datang.
4. Menentukan Strata puskesmas dengan pendekatan kuantitatif untuk mengukur variabel
5. Penetapan waktu kegiatan
a. Tingkat Puskesmas
1) Pengumpulan data Desember – Januari
2) Pengolahan data Awal Februari
3) Peninjauan Dinkes DT II Januari-Februari
4) Konsultasi kabupaten Akhir Februari
5) Analisa masalah, rencana Awal Maret
penanggulangan, penyusun laporan
6) Laporan ke Dati II Pertengahan Maret
b. Dati II
1) Pengumpulan data/rekap Maret-April
2) Checking on the spot Pertengahan April
3) Analisa masalah, menyusun rencana Akhir April
penanggulangan
4) Kirim ke propinsi dan kirim umpan Permulaan Mei
balik ke puskesmas
c. Dati I
1) Pengumpulan laporan / rekapitulasi Mei
2) Analisa masalah dan menyusun rencana Mei-Juni
3) Kirim ke pusat Akhir Juni
4) Kirim umpan balik ke dati II Permulaan Juli
d. Pusat
1) Penerimaan laporan/rekapitulasi dan Juli
rencana penanggulangan masalah
2) Pertemuan evaluasi pelaksanaan Agustus
stratifikasi 27 propinsi di pusat
3) Pengelolaan data dan analisa masalah Agustus
4) Distribusi laporan yang bersangkutan Akhir Agustus
5) Menyusun rencana penanggulangan September
6) Kirim umpan balik ke hasil stratifikasi Oktober
Nasional

G. Tahap-Tahap Stratifikasi
Dilakukan dalam 3 tahap, sebagai berikut :
1. Tahap I
Pendataan dan pemetaan dalam tiga kelompok strata I, II, dan III
2. Tahap II
Analisa hasil pendataan dan pemetaan serta sektor-sektor yang menghambat dan menunjang
3. Tahap III
Rencana pemecahan masalah pada semua tingkat yaitu rencana kerja atau rencana pembinaan untuk meningkatkan kemampuan puskesmas berdasar hasil analisa dan masalah yang dijumpai di semua tingkat.

H. Manfaat stratifikasi
1. Bagi Puskesmas
Mendapat gambaran tingkat perkembangan prestasi kerja secara menyeluruh sehingga dapat diambil berbagai upaya untuk memperbaikinya dalam rangka mawas diri.
2. Bagi dinas kesehatan dati II
a. Mendapat gambaran prestasi kerja puskesmas dalam wilayah dati II yang bersangkutan tiap tahun
b. Mengetahui masalah dan hambatan dalam penyelenggaraan puskesmas yang disebabkan oleh sumber daya maupun lingkngan
c. Menentukan langkah serta bantuan yg diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi puskesmas melalui penyusunan rencana tahunan
d. Mendapat gambaran mengenai kemampuan managemen tiap puskesmas wilayah Dati II
3. Bagi dinas kesehatan dati I / Kanwil Propinsi
Mendapat gambaran mengenai masalah dan hambatan yangg dialami oleh dinkes dati I Kandep selama setahun dalam pembinaan dan pengembangan puskesmas di wilayah kerjanya yang perlu mendapatkan bantuan penyelesaian oleh Dinas dati I/Kanwil propinsi melalui penyusunan rencana tahunan
4. Depkes Pusat
Mendapat gambaran mengenai masalah dan hambatan yg dialami dinkes dati I/Kanwil selama setahun dalam pembinaan dan pengembangan puskesmas di wilayah kerjanya yang perlu mendapatkan bantuan penyelesaian oleh pusat antara lain melalui penyusunan rencana tahunan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Stratifikasi puskesmas adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi kerja puskesmas, dalam rangka perkembangan fungsi puskesmas sehingga dalam rangka fungsi puskesmas dapat dilaksanakan lebih terarah.
2. Kegiatan Stratifikasi meliputi kegiatan mengumpulkan data, analisis hasil data dan rencana pemecahan masalah yang dilakukan dari tingkat kecamatan sampai pusat.
B. Saran
1. Diharapkan dengan adanya stratifikasi puskesmas ini dapat meiningkatkan fungsi puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan yang dapat memberikan pelayanan sesuai kebutuhan masyarakat.
2. Diharapkan adanya kerjasama antar puskesmas dalam menangani suatu hambatan masalah kesehatan.
3. Diharapkan puskesmas mampu melaksanankan pembinaan akan pentingnya peran serta masyarakat dalam peningkatan kesehatan.


Daftar Pustaka
Efendi, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC


A. STRATIFIKASI PUSKESMAS
Defenisi :
Adalah upaya penilaian prestasi kerja puskesmas dalam rangka perkembangan fungsi puskesmas sehingga pembinaan fungsi tersebut dapat dilaksanakan lebih terarah.
Tujuan :
Umum : mendapatkan gambaran tentang tingkat perkembangan fungsi puskesmas secara berkala dalam rangka pembinaan dan perkembangannya.
Khusus : mendapatkan:
a. gambaran secara menyeluruh perkembangan PKM dalam rangka mawas diri.
b. Suatu masukan untuk perencanaan PKM dimasa yang akan datang.
c. Informasi tentang masalah dan hambata tentang pelaksanaan PKM sebagai masukan untuk pembinaannya.
Pengelompokan dibagi dalam 3 strata :
a. Strata I       : Puskesmas dengan prestasi kerja baik.
b. Strata II      : Puskesmas dengan prestasi kerja cukup.
c. Strata III      : Puskesmas dengan prestasi kerja kurang.
Ruang lingkup prestasi kerja dikelompokkan dalam 4 aspek :
a. Hasil kegiatan puskesmas dalam bentuk cakupan dari masing – masing kegiatan.
b. Hasil dan cara pelaksanaan manajemen puskesmas.
c. Sumberdaya yang tersedia di puskesmas.
d. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi pencapaian hasil kegiatan puskesmas.
Tahap – tahap stratifikasi puskesmas adalah :
Tahap I           : Pendataan dan pemetaan dalam 3 kelompok strata I, II, III.
Tahap II          : Analisa hasil pendataan dan pemetaan serta sector yang  
                        menunjang dan menghambat.
Tahap III         : Rencana pemecahan masalah pada semua tingkat.
Manfaat Stratifikasi :
a. Bagi Puskesmas : memberikan gambaran tkt perkembangan prestasi kerja secara menyeluruh sehingga dapat diambil berbagai upaya untuk memperbaikinya dalam rangka mawas diri.
b. Bagi Dinkes Tk. II : mendapatkan gambaran prestasi kerja puskesmas dalam wilayahnya tiap tahun, mengetahui masalah dan hambatan dalam penyelenggaraan puskesmas, menentukan langkah serta bantuan yang diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi puskesmas melalui penyusunan rencana tahunan, mendapatkan gambaran mengenai kemampuan manajemen tiap puskesmas di wilayah Dinkes Tk. II.
c. Bagi Dinkes Tkt. I : mendapatkan gambaran mengenai masalah serta hambatan yang dihadapi kabupaten selama 1 tahun dalam pembinaan dan pengembangan puskesmas diwilayah kerjanya.
d. Depkes pusat : mendapatkan gambaran mengenai masalah serta hambatan yang dihadapi dinkes propinsi selama 1 tahun dalam pembinaan dan pengembangan puskesmas diwilayah kerjanya, yang perlu mendapatkan bantuan penyelesaian dari pusat.
B. Perencanaan Mikro ( Micro Planning )
Perencanaan micro tingkat puskesmas adalah penyusunan rencana tingkat puskesmas untuk 5 tahun, termasuk rincian tiap tahunnya.
Tujuan : Meningkatkan cakupan pelayanan program sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh puskesmas sehingga dapat meningkatkan fungsi puskesmas.
Ruang lingkup perencanaan :
1. Rencana yangmencakup seluruh kegiatan pokok puskesmas
2. Dibatasi sesuai dengan masalah yang dihadapi dengan memperhatikan prioritas, kebijaksanaan dan strategi yang telah ditetapkan oleh pusat, Dati I, dan Dati II.
Langkah – langkah penyusunan Perencanaan :
  1. Identifikasi keadaan dan masalah.
  2. Penyusunan rencana.
  3. Penyusunan rencana pelaksanaan ( POA )
  4. penulisan dokumen perencanaan.
 C. Lokarya Mini Puskesmas
Adalah merupakan upaya untuk menggalang kerja sama tim untuk penggerakan dan pelaksanaan upaya kesehatan puskesmas sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dari setiap upaya pokok puskesmas sehingga dapat dihindarkan terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan.
Tujuan : Untuk meningkatkan kemampuan tenaga puskesmas bekerja sama dalam tim dan membina kerja sama lintas program dan lintas sektoral.
Unsur – unsur Lokakarya mini puskesmas :
  1. Penggalangan kerjasama dalam tim puskesmas.
  2. Penggalangan kerjasama lintas sektoral
  3. Rapat kerja bulanan puskesmas
  4. Rapat kerja triwulanan lintas sektoral.
D. Supervisi
Adalah : upaya pengarahan dengan cara mendengarkan alas an dan keluhan tentang masalah dalam pelaksanaan dan memberikan petunjuk dan saran dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Pelaksanaan program agar terselenggaranya upayakesehatan puskesmas secara berhasil guna dan berdaya guna.
Ruang lingkup supervise :
  1. Mencakup bimbingan di tingkat puskesmas oleh kepala puskesmas kepada para pelaksana kegiatan diwilayah kerjanya.
  2. Supervisi dilaksanakan terhadap tenaga tekhnis dan tenaga masyarakat.
E. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas ( SP2TP )
Tujuan :
  1. Tersedianya data meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan prasarana dan kegiatan pokok puskesmas yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara teratur.
  2. Terlaksananya pelaporan secara teratur diberbagai jenjang administrasi.
  3. Data digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas.
SP2TP dilakukan oleh semua puskesmas termasuk pustu dan puskesmas keliling.
Pencatatan dan pelaporan mencakup : data umum dan demografi wilayah kerja puskesmas, data ketenagaan, data sarana, data kegiatan pokok puskesmas.
Manfaat :
  1. Untuk memenuhi kebutuhan administrasi pada jenjang yang lebih tinggi dalam rangka pembinaan, perencanaan dan penetapan kebijaksanaan.
  2. Dimanfaatkan PKM untuk peningkatan upaya kesehatan puskesmas melalui : Perencanaan (micro Planning), penggerakan dan pelaksanaan (lokmin puskesmas) dan pengawasan, pengendalian dan penilaian (stratifikasi)
perawatan trakeostomi
sebagai referensi tugas mata kulia keperawatan anak


A.     Pengertian Trakeostomi
  1. Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas.
  2. Trakeostomi adalah prosedur dimana dibuat lubang kedalam trakea. (Smeltzer & Bare, 2002)
  3. Trakeostomi adalah insisi operasi dimana memasukkan selang ke dalam trakea agar klien dapat bernafas dengan lebih mudah dan mengeluarkan sekretnya. ( Putriardhita, C, 2008)
Ketika selang indwelling dimasukkan kedalam trakea, maka istilah trakeostomi digunakan. Trakeostomi dapat menetap atau permanent. Trakeostomi dilakukan untuk memintas suatu obstuksi jalan nafas atas, untuk membuang sekresi trakeobronkial, untuk memungkinkan penggunaan ventilasi mekanis jangka panjang, untuk mencegah aspirasi sekresi oral atau lambung pada pasien tidak sadar atau paralise (dengan menutup trakea dari esophagus), dan untuk mengganti selang endotrakea, ada banyak proses penyakit dan kondisi kedaruratan yang membuat trakeostomi diperlukan.

B.            Indikasi Trakeostomi
Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan nafas dan gangguan non obstruksi yang mengubah ventilasi. Gejala-gejala yang mengindikasikan adanya obstruksi pada jalan nafas;
  1. Timbulnya dispneu dan stridor eskpirasi yang khas pada obstruksi setinggi atau di bawah rima glotis terjadinya retraksi pada insisura suprasternal dan supraklavikular.
  2. Pasien tampak pucat atau sianotik
  3. Disfagia
  4. Pada anak-anak akan tampak gelisah
Tindakan trakeostomi akan menurunkan jumlah udara residu anatomis paru hingga 50 persennya. Sebagai hasilnya, pasien hanya memerlukan sedikit tenaga yang dibutuhkan untuk bernafas dan meningkatkan ventilasi alveolar. Tetapi hal ini juga sangat tergantung pada ukuran dan jenis pipa trakeostomi.
Gangguan yang mengindikasikan perlunya trakeostomi;
  1. Terjadinya obstruksi jalan nafas atas
  2. Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya pada pasien dalam keadaan koma.
  3. Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
  4. Apabila terdapat benda asing di subglotis.
  5. Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas (misal angina ludwig), epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui mekanisme serupa
  6. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Hal ini sangat berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang.
Indikasi lain yaitu:
  1. Cedera parah pada wajah dan leher
  2. Setelah pembedahan wajah dan leher
  3. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi
 C.           Klasifikasi Trakeostomi
Menurut Sakura 21 (2009), trakeostomi dibagi atas 2 (dua) macam, yaitu berdasarkan letak trakeostomi dan waktu dilakukan tindakan. Berdasarkan letak trakeostomi terdiri atas letak rendah dan letak tinggi dan batas letak ini adalah cincin trakea ketiga. Sedangkan berdasarkan waktu dilakukan tindakan maka trakeostomi dibagi dalam:
  1. Trakeostomi darurat (dalam waktu yang segera dan persiapan sarana sangat kurang)
  2. Trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik.
D.         Kegunaan Trakeostomi
Menurut Masdanang (2008), kegunaan dilakukannya tindakan trakeostomi antara lain adalah:
  1. Mengurangi jumlah ruang hampa dalam traktus trakheobronkial 70 sampai 100 ml. Penurunan ruang hampa dapat berubah ubah dari 10% sampai 50% tergantung pada ruang hampa fisiologik tiap individu.
  2. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7).
  3. Proteksi terhadap aspirasi.
  4. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan.
  5. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan.
  6. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus.
  7. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh tekanan negatif intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal.

E.            Jenis Tindakan Trakeostomi
1.      Surgical trakeostomy
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.
2.      Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
 3.      Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.

F.            Komplikasi Trakeostomi
Menurut Ilham (2010), komplikasi yang terjadi pada tindakan trakeostomi dibagi atas:
1.      Komplikasi dini
  1. Perdarahan
  2. Pneumothoraks terutama pada anak-anak
  3. Aspirasi
  4. Henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap respirasi
  5. Paralisis saraf rekuren

G.           Jenis Pipa Trakeostomi
1.      Cuffed Tubes
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi.
2.      Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi.
3.      Trakeostomi Dua Cabang (dengan kanul dalam)
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.
 4.      Silver Negus Tubes
Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.
5.      Fenestrated Tubes
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara.

H.           Prosedur Perawatan Trakeostomi
1.      Peralatan
Menurut Roni7iftitah (2010), Alat yang perlu dipersiapkan untuk melakukan trakeostomi adalah :
  1. Kateter penghisap
  2. Sarung  tangan steril
  3. Ukuran kateter yang cocok, steril serta bersih dan terdesinfeksi
  4. Tali pengikat
  5. Kassa steril
  6. Swab
  7. Hidrogen Peroksida
  8. Normal salin
  9. Kanul trakea
  10. Sikat
  11. Mangkuk Steril
  12. Mantel pelindung
  13. Bib trakeostomi
  14. Pelindung mata
  15. Gunting
  16. Perlak dan handuk
 2.      Prosedur Perawatan Pasca Trakeostomi
Menurut Ilham (2010), segera setelah trakeostomi dilakukan:
  1. Rontgen dada untuk menilai posisi tube dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi
  2. Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi
  3. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa trakeostomi
Menurut Roni7iftitah (2010), langkah-langkah tindakan perawatan trakeostomi adalah :
  1. Kaji pernapasan klien, termasuk kebutuhan klien akan pengisapan dan pembersihan trakeostomi
  2. Cuci tangan
  3. Letakkan alat-alat di atas meja
  4. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian yang nyaman untuk bekerja
  5. Bantu klien untuk mengambil posisi semi fowler atau terlentang
  6. Jika diperlukan, hubungkan selang pengisap ke aparatus penghisap. Letakkan ujung selang di tempat yang mudah di jangkau dan hidupkan penghisap
  7. Letakkan handuk melintang di dada klien
  8. Buka set atau peralatan penghisap. Buka juga bungkus alat-alat yang diperlukan untuk pembersihan trakheostomi
1)      Letakkan perlak paling bawah dan atur peralatan penghisap
2)      Atur mangkuk steril kedua dekat. Jangan sentuh bagian dalam mangkuk
3)      Tuangkan 50 ml hidrogen peroksida ke mangkuk kedua. Jangan sampai menetes ke perlak.
4)      Buka sikat steril dan letakkan di sebelah mangkuk yang berisi hidrogen peroksida
5)      Buka ketiga bungkus kasa 10 x 10 cm. pertahankan sterilitas kasa. Tuangkan hidrogen peroksida di atas kasa pertama dan normal salin di kasa kedua. Biarkan kasa ketiga tetap kering.
6)      Buka swab berujung kapas. Tuangkan hidrogen peroksida pada satu paket swab dan normal salin pada paket swab lainnya.
7)      Jika menggunakan kanul dalam sekali pakai, buka bungkusnya sehingga kanul dapat dengan mudah diambil. Pertahankan sterilsasi kanula dalam.
8)      Tetapkan panjang tali pengikat trakheostomi yang diperlukan dengan menggandakan lingkar leher dan menambah 5 cm dan gunting tali pada panjang tersebut.
  1. Lakukan prosedur pengisapan. Pastikan bahwa anda telah menggunakan mantel pelindung dan sarung tangan steril
  2. Lepaskan bib trakheostomi dari keliling pipa trakheostomi dan buang bib tersebut
  3. Lepaskan sarung tangan yang sudah basah dan kenakan sarung tangan steril yang baru. Tangan dominan anda harus tetap steril sepanjang prosedur dilakukan. Bersihkan kanul dalam.
  4. Mangganti kanul dalam sekali pakai (dispossible inner-canula).
1)      Buka dan dengan hati-hati lepaskan kanul dengan menggunakan tangan tak dominan anda.
2)      Lakukan pengiapan dengan teknik steril, jika diperlukan.
3)      Keluarkan kanul dalam baru steril dalam bungkusnya dan siramkan sejumlah normal salin steril pada kanul baru tersebut. Biarkan normal salin menetes dari kanul dalam.
4)      Bantalan kasa pertama di gunakan untuk membersihkan kulit di sektar trakheostomi. Kasa kedua digunakan untuk mengangkat debris yang dilunakkan oleh hidrogen peroksida, dan kasa ketiga digunakan untuk mengeringkan kulit.
5)      Swab digunakan untuk membersihkan sekitar trakheostomi.
6)      Kanul dalam steril harus sudah siap dipasang setelah anda membersihkan kulit.
7)      Tali menahan trakheostomi di tempatnya tanpa menghambat sirkulasi.
  1. Membersihkan jalan udara sehingga pembersihan trakheostomi menjadi lebih efisien. Pengisapan merupakan prosedur steril. Mantel pelindung mencegah kontak dengan cairan tubuh klien.
  2. Kulit harus dibersihkan untuk mencegah kerusakan kulit.
  3. Menurunkan penyebaran mikroorganisme.
1)      Kanul dalam harus dilepaskan dan diganti untuk mengurangi penyebaran mikroorganisme dan untuk meningkatkan pernapasan.
2)      Melepaskan kanul dalam dapat menstimulasi batuk dan klien mungkin membutuhkan pengisapan.
3)      Normal salin yang menetes ke dalam trakheostomi dapat menyebabkan klien batuk.
4)      Dengan hati-hati dan cermat pasang kanul dalam ke dalam bagian luar kanul dan kunci kembali agar tetap berada di tempatnya.
5)      Hubungkan kembali klien dengan sumber oksigen.
  1. Membersihkan kanul dalam tak disposable
1)      Lepaskan kanul dalam menggunakan tangan tak dominan dan letakkan kanul tersebut dalam mangkuk yang berisi hidrogen peroksida.
2)      Bersihkan kanul dalam dengan sikat (tangan dominan anda memegang sikat dan tangan tak dominan anda memegang kanul dalam).
3)      Pegang kanul di atas mangkuk yang berisi hidrogen peroksida dan tuangkan normal salin pada kanul tersebut sampai semua kanul terbilas dengan baik. Biarkan normal salin memetes dari kanul dalam.
4)      Pasang kembali kanul dalam ke dalam kanul luar dan kunci agar tidak berubah letaknya.
5)      Hubungkan kembali ke sumber oksigen.
  1. Gunakan kasa dan swab berujung kapas yang dibasahi dengan hidrogen peroksida untuk membersihkan permukaan luar dari kanul luar dan area kulit sekitarnya.bersihkan juga area kulit tepat di bawah kanul. Lalu bilas menggunakan kasa dan swab yang dibasahi dengan normal salin. Kemudian keringkan dengan menggunakan kasa kering.
  2. Ganti tali pengikat trakheostomi. Biarkan tali yang lama tetap di tempatnya sementara anda memasang tali yang baru. Sisipkan tali yang baru pada salah satu sisi dari faceplate. Lingkarkan kedua ujung bebasnya mengelilingi bagian belakang leher lain ke sisi lainnya dari faceplate. Sisipkan salah satu ujung bebasnya pada salah satu sisi faceplate dan ikat dengan kuat tetapi tidak ketat. Gunting tali yang lama.
  3. Letakkan bib trakheostomi atau balutan bersih mengelilingi kanul luar di bawah tali pengikat faceplate. Periksa untuk memastikan bahwa tali pengikat tidak terlalu ketat tetapi pipa trakheostomi telah dengan aman tertahan di tempatnya.
  4. Mengempiskan dan mengembangkan manset (cuff) pipa trakheostomi.
1)      Pakai sarung tangan steril
2)      Lakukan pengisap jalan udara orofaring klien
  1. Bilas selang penghisap
  2. Cuci tangan
  3. Evaluasi dan dokumentasikan
BUKA LAPAK DI KAMBANG IWAK
KAMI DI SERBU, KAMI DI BURU.


      Kami di serbu, kami diburu. ya kalimat itulah yang pantas untuk kegiatan kami di hari ini, pada tanggal 16 Maret 2014 kami melakukan kegiatan yang mungkin bagi sejuta umat sangat bermanfaat, mengapa tidak . karna tidak semua orang merasakan pelayanan kesehatan dikarnakan faktor ekonomi dan kurangnya sosialisasi mengenai program pemerintah dalam sarana kesehatan. tapi kali ini kami yang membuka lapak di tengah-tengah masyarakat.
      KI (kambang Iwak) siapa yang gak kenal,. kalau mereka tiggal di palembang. KI merupakan tempat melepas stress yang mungkin numpuk akibat pekerjaan dan sekaligus tempat berolahraga masyarakat palembang, di sana kami mendirikan pos pemeriksaan kesehatan GRATISSS.......?? yang di selenggarakan DPU-DT (dompet peduli umat- Daarut Tauhid) ya lembaga sosial dan impak sodakoh yang kali ini programnya ke kesehatan dan saya di minta untuk menjadi relawan di sana. Kang "Indra" nama itulah yang memberikan kepercayaan saya untuk melakukan kegiatan ini, 1 minggu sebelum kegiatan ini kang indra selalu menghubungi saya untuk memastikan kegiatan yang memang sudah lama pernah kami bahas sebelumnya tetapi sempat terhenti karna jarak dan waktu (ciee....alay nie). karna kesibukan lain sebagainya.
      tapi beberapa hari sebelumnya kami kumpul untuk membahas kegiatan ini, mulai dari konsep, lokasi, hingga persiapan, tak ada waktu yang panjang untuk mempersiapkanya. dengan semangat 45 tim DPU-DT menyiapkan semuanya dan saya mencari relawan tim kesehatan lainya yang mungkin saya bosan menulisnya di Blog saya . ya siapa dia . pertama mbak.Amrina atau sering di sebut bidadari (kalau lagi baik), Mak nago (kalau lagi bosan) dan CEBENG (kalau lagi kesel). ini semua lelucuan. dan yang kedua Mbak Atika atau di panggil Ojek cantik (kalau lagi Di berdayakan), Mak Kudo (panggilan cantinya), dan satu lagi Kak Agus alumni Akper Aisyiyah yang emang sering bergelut di area sosial seperti ini.
     minggu hari yang saya tunggu-tunggu dimana membuat saya tak bisa tidur memikirkan sukses gak acara besok, sayapun tidur jam 02.00 pagi karna membayangkan acara besok dan susah untuk tertidur. kemudian alhamdullillah saya bagun tepat waktu subuh dan sayapun langsung sholat dan mempersiapkan semuanya. dan kemudian saya di tunggu di Simpang polda oleh teman sosialita cek am yang akan bareng ke sana, dia sempat menulis siapa yang gak ontime. sayapun bersigap untuk belicing rambut (alay banget sie,.)
     sesampai di KI kami langsung menyiapkanya dan setelah dibuka luar biasa antusiasnya banyak sekali sampai-sampai di sana ada 2 acara periksa kesehatan dan di tempat kami yang paling di serbu.

     melihat antusiasnya masyarakat perasaan senang bercamput semangat  untuk melahap semua orang yang ingin melakukan pemeriksaan kesehatan tersebut.

dokumentasi acara








      banyak hal yangs aya dapatkan di hari ini, mulai dari masyarakat yang sangat antusias dan bercerita dan kenalan bersamanya dan moment inilah yang selalu ingin saya rasakan, dan saya sempat lupa berterima kasih dengan asisten saya yang membantu saya mulai dari pengaduk spesimen darah samapi bisa sendiri dengan mahir pemriksaan darah mas ujang mahasiswa semester akhir. dan satu lagi mas dayat yang telah membantu.
        untuk rekan-rekan DPU-DT saya ucapkan terima kasih karna sudah saya repotkan sendiri dengan bahan-bahan yang habis stock dan harus di beli dan semoga kita tetap bisa bekolabosasi dan bersynergy.



TIM YANG SOLID......!!!
SEMANGAT PERUBAHAN

Sabtu, 08 Maret 2014

FiM Musi berbagi
Ada cerita, ada canda dan ada tawa
Di Panti asuhan bunda nuraida Palembang

     Minggu, 09 Maret 2014, itulah hari yang bersejarah bagi saya, mengapa.....?. Pada hari ini kami mengadakan sosial project yang kesekian kalinya di salah satu panti asuhan di kota palembang. Yaitu panti asuhan bunda nuraida palembang yang terletak di kenten palembang,

     Sebenarnya kegiatan ini mendadak dikarnakan sebelumnya kami akan ke panti yg berbeda tapi dikarnakan disana sudah ada acara jadi kami mencari panti yang berbeda. Tepat pukul 09.30 saya dan teman saya yang sekian kalinya nebeng dengan saya, sebut aja inisialnya amrina salah seorang mahasiswa semester akhir di sumsel.

     Jadi pada pukul 10.00 kami mencari panti asuhan dan mengonfirmasi bahwa kami akan kr panti tersebut, setelah kami surey kami langsung ke pasar sako perum disana kami belanja apa saja yang perlu kami beli, kemudian kami menyiapkanya dan setelah selesai dzuhur kami langsung ke panti tersebut.

     Acara kami di sana
1. Perkenalan
2. Cuci tangan
3. Belajar matematika 
4. Mewarnai
5. Makan bersama